Puasa
Sebagai Laku Semedi Orang Jawa
Puasa
menurut pengertan Islam adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala
perbuatan yang dapat membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya
matahari ,dengan syarat tertentu, dalam rangka untuk meningkatkan ketakwaan
bagi seorang muslim. Puasa menjadi salah satu dari lima rukun Islam yang wajib
dilakukan oleh seluruh umat muslim.
Namun
puasa ini sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh umat Islam saja namun agama
lain juga mengenal adanya ibadah puasa. Bahkan, orang Jawa Hindhu dahulu sudah
mengenal puasa dengan sebutan upawasa. Oleh karena itu, istilah puasa ini hanya
terdapat di negara tertentu saja karena pada dasarnya istilah puasa ini berasal
dari agama Hindhu, sedangkan menurut Islam puasa dikenal dengan Saum atau As siyam.
Dalam
masyarakat Jawa terdapat banyak kisah yang mengungkapkan bahwa puasa adalah
sebuah laku prihatin atau tapa brata ketika seseorang ingin mencapai sebuah
cita-cita. Salah satu sejarah besarnya puasa adalah kisah dari Ki Gedhe
Pamanahan. Suatu hari ia mendatangi Kanjeng Sunan Kalijaga, dan tiba-tiba ia
mengatakan bahwa ia ingin menjadi seorang raja. Karena pada saat itu Ki Penjawi
sudah mendapatkan daerah Pathi, Raden Fatah memperoleh daerah kekuasaan di
Demak, Jaka Tingkir memperoleh kekuasaan di Pajang, dan Harya penangsang memperoleh
kekuasaan di Jipang. Kemudian ia bertanya lalu ia dapat daerah mana untuk dikuasai?
Kanjeng Sunan Kalijaga menjawab bahwa sudah tidak ada daerah untuk dikuasai
lagi kecuali 5 tempat. Tempat itupun merupakan daerah terlarang dimana
setan-setan menghuni daerah tersebut. Daerah terlarang yang pertama ada diujung
timur namanya Alas Purwa, kemudian daerah terlarang yang kedua adalah Alas Roban, tempat terlarang yang ketiga bernama
Alas Larangan yang terdapat di Cirebon, daerah terlarang yang keempat bernama
Alas Ketangga yang terdapat di Ngawi, dan daerah terlarang yang kelima bernama
Alas Mentaok yang terdapat di lereng Gunung Merapi dan merupakan daerah yang
penghuninya merupakan setan-setan yang paling ditakuti.
Lalu Kanjeng Sunan Kalijaga mempersilahkan Ki Gedhe Pamanahan untuk memilih daerah
mana yang ia inginkan. Lalu ia memilih untuk untuk menguasai daerah Alas
Mentaok dengan konsekuensi dia harus mampu menaklukkan para penghuni Alas
Mentaok yang merupakan setan-setan dengan kekuatan yang luar biasa.
Kemudian
Kanjeng Sunan Kalijaga memberikan sebuah Ijazah yaitu dengan puasa selama 20
tahun di Kembanglampir, Gunungkidul ditemani oleh Ki Ageng Giring. Akhirnya Ki
Gedhe Pemanahan menerima ijazah itu dan ia telah mampu menyelesaikan puasanya
selama 20 tahun dan mampu membuka Alas Mentaok untuk ia jadikan sebagai daerah kekuasaannya. Kemudian ia mempunyai
seorang anak dari hasil pernikahannya dengan Nyai Sabinah bernama Dhanang Sutawijaya yang kemudian mampu
menjadi raja Mataram.
Akhirnya
sekarang Mataram di pecah oleh Belanda menjadi 2 yaitu Kasultanan
Ngayogyakarta, dan Kasunanan Surakarta. Kemudian dipecah lagi, Yogyakarta menjadi Hamengkubuwono dan Pakualaman, dan Surakarta menjadi Kasunanan
dan Mangkunegaran.